Index Berita Terbaru

Browse: Home / Nikmatnya Ber-NU, Nikmatnya Ber-Indonesia

Menu

Skip to content
Header image

Logo

Menu

Skip to content
  • HOME
  • WARTA
    • SENI BUDAYA
    • TARBIYAH
    • TOKOH
  • HALAQOH
    • LITERASI
  • PERNIK
  • TERAS KYAI
  • TENTANG NU
    • REDAKSI
    • KANTOR
    • PWNU 2018-2023
    • LEMBAGA
    • BANOM
    • PCNU
  • BAHTSUL MASAIL
  • KYAI MENJAWAB
  • SYIAR
  • Menteri Agama Kunjungi Kantor PW Ansor Lampung
  • Konferwil III Pagar Nusa Lampung Angkat Tema Menuju Pagar Nusa Jaya dan Mandiri
  • Kader IPNU Disisi Saidi Fatah Terpilih Jadi Duta Wisata Way Kanan
  • Jamiyyatul Qurra wal Huffadz Konsisten Bumikan Al-Quran
  • GP Ansor Lampung Tengah Distribusikan Bantuan Covid-19
  • Dorong Wirausaha Baru PC Fatayat NU Lamtim Adakan Pelatihan Menjahit
  • MWC NU Bumiwaras dan Telukbetung Selatan Bakti Sosial Bagikan Masker pada Jemaat Gereja
  • Unila Akan Bedah Buku Gus Dur Jatuh dari Kursi Presiden Karya Profesor Karomani
  • PMII Way Kanan Salurkan Bantuan ke Panti Asuhan Hingga Adik Dzili
  • Peringati Hari Ibu PW Fatayat NU Lampung Latih Kader Budidaya Hidroponik
  • Ketua Rijalul Ansor dan Kasatkorcab Banser Kota Bandar Lampung Apresiasi Habib Fahmi Husein bin Umar Al-haddad menjadi Anggota Banser
  • PMII Rayon Ushuluddin UIN RIL Adakan Penerimaan Anggota dengan Protokol Kesehatan
  • Wakil Katib Syuriah PWNU Lampung : Ber-NU Tanpa Amaliyah Maka Kosong
  • IAIM NU Kota Metro Tuan Rumah Latihan Kader Utama
  • Fatayat NU Lamteng Adakan Pembekalan Kewirausahaan Para Kader
  • Pengurus MWC NU Metro Utara Mulai Pembangunan Madrasah Diniyah An Nahdliyyah
  • Terpilih Sebagai Ketua IPNU-IPPNU Baradatu Eki dan Gita Fokus Kaderisasi
  • Kader Banser Lampura Hermansyah Jadi Lulusan Terbaik STAINU Kotabumi
  • Peduli Panti Asuhan PMII Rayon Syariah STAI Almawa Galang Bantuan
  • Ketika Maulid Shimtudduror Rutin Bergema di Desa Purworejo Kotagajah

Nikmatnya Ber-NU, Nikmatnya Ber-Indonesia

Posted by pwnulampung on 30/11/2020 in LITERASI | Leave a response

MESKI uang bisa menyenangkan, namun kegembiraan, kesenangan, dan kebahagiaan sesungguhnya tak bisa diperjualbelikan. Maka kemampuan kita mengembangkan senyum yang paling tulus sesungguhnya bukan wujud ekspresi cara bahagia yang sederhana, sebaliknya senyum tulus itu justru kekayaan yang patut disyukuri.

Ketua PCNU Kota Bandar Lampung, Ustadz Ichwan Adji Wibowo (IAW), menuangkan segala proses pergulatan batinnya dalam bentuk tulisan. Dengan berbagai latar belakang fenomena sosial tentunya, baik agama, politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan lain-lain.

Buku setebal 221 halaman yang diterbitlan Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTN) PWNU Lampung ini, terbagi dalam delapan bagian. Pertama, menghayati spiritualitas keberagamaan. Di bagian ini IAW menuangkan refleksinya sebanyak 11 tulisan. Disinilah spiritualitas agama menjelajah, menelisik, menyublim, mengharmoni, memengaruhi, membimbing seluruh laku kehidupan, baik di sektor privat maupun publik, tidak berhenti pada urusan simbolik dan formalitas.

Baginya, sejatinya muara keberagamaan kita adalah pada laku pikir, laku sikap, laku wicara, laku tulis, laku interaksi sosial kita yang merupakan ekspresi dari seluruh kemuliaan agama. Dalam konteks agama ekspresi itu disebut sebagai akhlak, hal. 3.

Kedua, mendedah spiritualitas moderasi NU. Pada bagian ini IAW memaparkan beberapa judul tulisan. Baginya, NU senapas dengan Pancasila dan NKRI. Kehadiran NU memiliki tiga tanggung jawab, yakni mas’uliyah diniyyah (tanggung jawab keagamaan), mas’uliyah ummatiyah ( tanggung jawab keumatan) dan mas’uliyah wathoniyah (tanggung jawab kebangsaan dan kenegaraan). Inilah mandat yang diberikan para ulama kepada NU. Menjadi tugas NU untuk selalu menjaga NKRI meski disukai atau tidak disukai, dipuji atau dicaci, dihargai atau dilupakan, karena itulah harga kesetiaan, hal. 40.

Ketiga, spiritualitas kearifan lokal. Terdapat enam tulisan yang istimewa. Ia merefleksikan kearifan lokal dalam berbagai persfektif. Beruntung kita yang tinggal di Indonesia, sebuah negeri yang dikaruniai Allah dengan beragam latar belakang warganya bangsanya, maka daya uji kita kita sebagai umat yang wasathiah, umat yang moderat, yang mampu menampilkan wajah Islam rahmatan lil alamin yang memiliki ruang dan waktu untuk membumikannya.

Sejalan dengan falsafah ajaran adiluhung leluhur kita, maka sejatinya karakter Aswaja an Nahdliyah akan melahirkan pribadi yang “ojo kagetan, ojo gumunan, ojo dumeh”. Kita diajarkan bukan menjadi umat yang gampang terkaget-kaget, tidak mudah terkagum-kagum, tiba-tiba memuja-muji sesaat kemudian membenci dan mencaci. Bukan menjadi pribadi yang mudah terpana dengan posisi, merasa diri paling besar, merasa diri paling benar, dan seterusnya, hal. 69.

Keempat, spiritualitas mauludur rasul. Sebagai ibukota Provinsi Lampung, menurut IAW, Bandar Lampung diantara kepungan syiar mauludur rasul. Pembacaan shalawat barzanji, marhaban, mahalul qiyam berulang menggema dari sudut-sudut kota, dilantunkan dengan bibir pencinta dan perindu Rasul, menghentak dan menyentak menembus langit kesadaran spiritualitas. Orang berduyun digerakkan dari satu tempat ke tempat lain, berkumpul demi satu alasan mahabaturrrasul.

Dalam konteks religiusitas, bagi IAW ritual maulid ini juga menjadi semacam jembatan yang menghubungkan ritmis kerinduan dan kecintaan pada setiap dada jutaan umat menjadi ekspresi kolosal yang mengguncang langit negeri dan menembut jagat kosmis, hal. 97.

Kelima, spiritualitas kebencanaan dan kemanusiaan. Dalam bab ini IAW mengajak pembaca untuk arif dan bijak dalam menghadapi musibah global Covid-19. Pandemi global Covid-19 ini bukanlah cerita fiksi. Bukan dongeng di siang bolong, bukan juga informasi rekaan yang sering diprasangkai berlebihan dan dimaksudkan untuk menakut-nakuti bangsa sendiri. Ini fakta, ini pandemi global, negeri-negeri besar pun dibuat kalang kabut.

Pandemi tidak boleh merusak sendi-sendi kearifan lokal masyarakat kita, rasa simpati, dan empati tidak boleh meredup. Maka saya harus hadir ditengah kecemasan masyarakat. Saya harus membersamai mereka, meski pada saat yang sama tentu kita tidak boleh bertindak konyol, hal. 120.

Keenam, spiritualitas mata air hikmah ber-NU. Bagi IAW, niatnya terus bergiat di NU adalah demi ndandani awak (memperbaiki diri). Bagi alumnus Jurusan Peternakan Universitas Lampung ini, menjadi NU berarti menjadi manusia beragama yang tidak membuat jidatnya berkerut-kerut, terlampau serius, sehingga tidak menyediakan kegembiraan.

Betapa nikmatnya ber-NU, sama persis nikmatnya ber-Indonesia. Silahkan bersarung sambil merokok dan sesekali menyeruput kopi. Maka menjadi NU yang sesungguhnya sama halnya menjadi Indonesia lahir batin, hal. 145.

Ketujuh, spiritualitas dialektika sosial. Pada bagian ini terdapat dalam dua belas tulisan. Baginya, belantara peradaban digital telah mengubah segalanya. Disatu sisi telah menyediakan cara dan gaya hidup, sekaligus skema baru bagi tatanan kehidupan manusia dijagad bumi yang makin tak bersekat dan tak berbatas.

Pada sisi lain, juga telah mengubah perspektif tentang panggung dan pertunjukan itu sendiri. Ia telah memporakporandakan batas ruang dan waktu dimana, siapa, kapan, pada setiap epik drama kehidupan, hal. 173.

Dan kedelapan, sisi sunyi perjalanan spiritual. Diujung tulisan pria kelahiran Bumi Ayu, Brebes, Jawa Tengah ini menyampaikan beberapa peristiwa sosial keagamaan disekitar lingkungannya.

Kenangan tersendiri bersama pendiri Pesantren Al Hikmah Way Halim Bandar Lampung, almarhum almaghfurlah KH. Muhammad Sobari, digambarkan sebagai sosok yang tidak sekedar guru dan pembimbing spiritual, tetapi juga orang tua yang penuh welas asih, yang mengajarkan istiqomah, hakekat sabar, cinta dan kesetiaan pada harakah an nahdliyah, hal. 206.

Wakil Rais Syuriah PWNU Provinsi Lampung sekaligus Ketua Umum MUI Propinsi Lampung, Dr. KH. Khairudin Tahmid, M.H dalam pengantar buku ini, menyampaikan, buku ini kurang lebih menggambarkan talenta penulisnya, selain sebagai birokrat juga sebagai aktivis organisasi sosial keagamaan yang cakap dalam berbicara, sekaligus mampu menuangkan gagasannya dalam sebuah tulisan.

Buku ini sangat layak untuk dibaca untuk semua kalangan, baik akademisi, santri, pengamat, birokrat, peneliti, para aktivis, dan lain-lain. Tulisannya sederhana, mudah dicerna, mengalir, serta pembaca digiring untuk menghayati disetiap baris, kalimat serta paragraf dari tulisan-tulisannya.

(Akhmad Syarief Kurniawan, warga NU, tinggal di Lampung Tengah)

Data Buku :
Judul : Duren, Kopi dan NU
Penulis : Ichwan Adji Wibowo
Editor : Ila Fadilasari
Penerbit : LTN PWNU Lampung
Cetakan : pertama, Oktober, 2020
Tebal : xx + 221 Halaman
ISBN : 978-602-73592-4-6

Posted in LITERASI | Tagged Duren Kopi dan NU, literasi, ltn nu lampung

About the Author

pwnulampung

Related Posts

Hidup Memang Harus Diperjuangkan→

LTN NU Lampung Terbitkan Buku Pedoman Kerja PWNU Lampung→

Lembaga Ta’lif wan Nasyr NU Lampung Terbitkan Buku Santri→

Pemenang Lomba Artikel Hari Santri Nasional PWNU Lampung→

Popular Posts

  • Ceramah Lucu dan Bermakna KH.Anwar Zahid di Waykanan

    34160 views / Posted 09/04/2015
  • Bilal Jum’at, Dasar Hukum dan Pelaksanaannya

    30862 views / Posted 09/02/2015
  • Hukum Sholat dengan Celana atau Sarung Melewati Mata Kaki

    28925 views / Posted 14/05/2016
  • Kenapa Imam Sholat Dzuhur dan Ashar Tidak Mengeraskan Suara

    16175 views / Posted 17/05/2017
  • Ngaji Tanqihul Qoul Hatsits Syarah Kitab Lubabul Hadits Bab II

    15009 views / Posted 18/03/2017
advertisement

©2015 PWNU LAMPUNG

Menu