Index Berita Terbaru

Browse: Home / Menerima Gadai dengan Mengambil Manfaatnya

Menu

Skip to content

PWNU LampungLogo

Syiar Islam Wasathiyah

Menu

Skip to content
  • HOME
  • WARTA
    • SENI BUDAYA
    • TARBIYAH
    • TOKOH
  • HALAQOH
    • LITERASI
  • PERNIK
  • TERAS KYAI
  • TENTANG NU
    • REDAKSI
    • KANTOR
    • PROFIL PIMPINAN
    • MUSTASYAR
    • TANFIDZIAH
    • PCNU
  • BAHTSUL MASAIL
  • KYAI MENJAWAB
  • SYIAR

Menerima Gadai dengan Mengambil Manfaatnya

Posted by pwnulampung on 16 September 2018 in BAHTSUL MASAIL | Leave a response

Pertanyaan :

Bagaimana hukum orang yang menerima gadai dengan mengambil manfaatnya, misalnya, sebidang tanah yang digadaikan, kemudian diambil hasilnya dengan tanpa syarat pada waktu akad diadakan demikian itu, baik sudah menjadi kebiasaan atau sebelum akad memakai syarat atau dengan perjanjian tertulis, tetapi tidak dibaca pada waktu akad, hal demikian itu apakah termasuk riba yang terlarang atau tidak?.

Jawaban :

Dalam masalah ini terdapat tiga pendapat dari para ahli hukum (ulama):

Haram: Sebab termasuk hutang yang dipungut manfaatnya (rente).

Halal: Sebab tidak ada syarat pada waktu akad, sebab menurut ahli hukum yang terkenal, bahwa adat yang berlaku itu tidak termasuk syarat.

Syubhat: (Tidak tentu jelas halal haramnya) sebab para ahli hukum berselisih pendapat.

Adapun Muktamar memutuskan, bahwa yang lebih berhati-hati ialah pendapat yang pertama (haram).

Keterangan, dari kitab:

Asybah Wa al-Nazha’ir[1]

لَوْ عَمَّ فِي النَّاسِ اِعْتِيَادُ إِبَاحَةِ مَنَافِعِ الرَّهْنِ لِلْمُرْتَهِنِ فَهَلْ يَنْزِلُ مَنْزِلَةَ شَرْطِهِ حَتَّى يَفْسُدَ الرَّهْنُ قَالَ الْجُمْهُوْرُ لاَ وَقَالَ الْقَفَّالُ نَعَمْ.

Seandainya sudah umum di masyarakat kebiasaan kebolehan memanfaatkan barang gadai bagi pemberi pinjaman/penerima gadai, apakah kebiasaan itu dianggap sama dengan menjadikannya sebagai syarat, sehingga akad gadainya rusak? Jumhur ulama berpendapat: “Tidak diposisikan sebagai syarat.” Sedangkan al-Qaffal berpendapat: “Ya (diposisikan sebagai syarat).

Fath al-Mu’in dan I’anah al-Thalibin[2]

وَجَازَ لِمُقْرِضٍ نَفْعٌ يَصِلُ لَهُ مِنْ مُقْتَرِضٍ كَرَدِّ الزَّائِدِ قَدْرًا أَوْ صِفَةً وَاْلأَجْوَدِ لِلرَّدِئِ (بِلاَ شَرْطٍ) فِي الْعَقْدِ بَلْ يُسَنُّ ذَلِكَ لِمُقْتَرِضٍ إِلَى أَنْ قَالَ وَأَمَّا الْقَرْضُ بِشَرْطِ جَرِّ نَفْعٍ لِمُقْتَرِضٍ فَفَاسِدٌ لِخَبَرٍ كُلُّ قَرْضٍ جَرَّ مَنْفَعَةً فَهُوَ رِبًا. (قَوْلُهُ فَفَاسِدٌ) قَالَ ع ش، وَمَعْلُوْمٌ أَنَّ مَحَلَّ الْفَسَادِ حَيْثُ وَقَعَ الشَّرْطُ فِي صُلْبِ الْعَقْدِ. أَمَّا لَوْ تَوَافَقَا عَلَى ذَلِكَ وَلَمْ يَقَعْ شَرْطٌ فِي الْعَقْدِ فَلاَ فَسَادَ .

Diperbolehkan bagi si pemberi pinjaman untuk memperoleh keuntungan (sesuatu kelebihan) dari peminjam, seperti pengembalian yang lebih dalam ukuran atau sifatnya, dan yang lebih baik pada pinjaman yang jelek, asalkan tidak disebutkan dalam akad sebagai persyaratan, bahkan disunatkan bagi peminjam untuk melakukan yang demikian itu (mengembalikan yang lebih baik lagi dibandingkan barang yang dipinjamnya).

Adapun peminjaman dengan syarat adanya keuntungan bagi pihak pemberi pinjaman, maka hukumnya fasid, sesuai dengan hadis “Semua peminjaman yang menarik sesuatu manfaat (keuntungan bagi pemberi pinjaman) maka termasuk riba.”

Dengan ini diketahui, bahwa rusaknya akad tersebut jika memang disyaratkan dalam akad. Sedangkan jika keduanya si peminjam dan pemberi pinjaman secara kebetulan (melakukan praktik tersebut), dan tanpa disyaratkan dalam akad, maka akad itu tidak rusak (boleh).

[1]   Jalaluddin al-Suyuthi, Asybah wa al-Nazha’ir, (Mesir: Maktabah Mustahafa Muhammad, t. th.), h. 86.

[2]   Zainuddin al-Malibari, Fath al-Mu’in dalam al-Bakri Muhammad Syatha al-Dimyathi, I’anah al-Thalibin, (Singapura: Sulaiman Mar’i, t. th.), Jilid III, h. 53.

(Sumber: Ahkamul Fuqaha No. 28/Keputusan Muktamar Nahdlatul Uulama ke-2 di Surabaya pada 12 Rabiuts Tsani 1346 H./9 Oktober 1927 M)

 

Posted in BAHTSUL MASAIL | Tagged Menerima Gadai dengan Mengambil Manfaatnya

About the Author

pwnulampung

Popular Posts

  • Ceramah Lucu dan Bermakna KH.Anwar Zahid di Waykanan

    33293 views / Posted 9 April 2015
  • Bilal Jum’at, Dasar Hukum dan Pelaksanaannya

    25572 views / Posted 9 February 2015
  • Hukum Sholat dengan Celana atau Sarung Melewati Mata Kaki

    22496 views / Posted 14 May 2016
  • Ngaji Tanqihul Qoul Hatsits Syarah Kitab Lubabul Hadits Bab II

    8031 views / Posted 18 March 2017
  • Foto, Patung, dan Gambar dalam Pandangan Islam

    6974 views / Posted 3 September 2016

©2015 PWNU LAMPUNG

Menu