Index Berita Terbaru

Browse: Home / Bilal Jum’at, Dasar Hukum dan Pelaksanaannya

Menu

Skip to content
Header image

Logo

Menu

Skip to content
  • HOME
  • WARTA
    • SENI BUDAYA
    • TARBIYAH
    • TOKOH
  • HALAQOH
    • LITERASI
  • PERNIK
  • TERAS KYAI
  • TENTANG NU
    • REDAKSI
    • KANTOR
    • PWNU 2018-2023
    • LEMBAGA
    • BANOM
    • PCNU
  • BAHTSUL MASAIL
  • KYAI MENJAWAB
  • SYIAR
  • Menteri Agama Kunjungi Kantor PW Ansor Lampung
  • Konferwil III Pagar Nusa Lampung Angkat Tema Menuju Pagar Nusa Jaya dan Mandiri
  • Kader IPNU Disisi Saidi Fatah Terpilih Jadi Duta Wisata Way Kanan
  • Jamiyyatul Qurra wal Huffadz Konsisten Bumikan Al-Quran
  • GP Ansor Lampung Tengah Distribusikan Bantuan Covid-19
  • Dorong Wirausaha Baru PC Fatayat NU Lamtim Adakan Pelatihan Menjahit
  • MWC NU Bumiwaras dan Telukbetung Selatan Bakti Sosial Bagikan Masker pada Jemaat Gereja
  • Unila Akan Bedah Buku Gus Dur Jatuh dari Kursi Presiden Karya Profesor Karomani
  • PMII Way Kanan Salurkan Bantuan ke Panti Asuhan Hingga Adik Dzili
  • Peringati Hari Ibu PW Fatayat NU Lampung Latih Kader Budidaya Hidroponik
  • Ketua Rijalul Ansor dan Kasatkorcab Banser Kota Bandar Lampung Apresiasi Habib Fahmi Husein bin Umar Al-haddad menjadi Anggota Banser
  • PMII Rayon Ushuluddin UIN RIL Adakan Penerimaan Anggota dengan Protokol Kesehatan
  • Wakil Katib Syuriah PWNU Lampung : Ber-NU Tanpa Amaliyah Maka Kosong
  • IAIM NU Kota Metro Tuan Rumah Latihan Kader Utama
  • Fatayat NU Lamteng Adakan Pembekalan Kewirausahaan Para Kader
  • Pengurus MWC NU Metro Utara Mulai Pembangunan Madrasah Diniyah An Nahdliyyah
  • Terpilih Sebagai Ketua IPNU-IPPNU Baradatu Eki dan Gita Fokus Kaderisasi
  • Kader Banser Lampura Hermansyah Jadi Lulusan Terbaik STAINU Kotabumi
  • Peduli Panti Asuhan PMII Rayon Syariah STAI Almawa Galang Bantuan
  • Ketika Maulid Shimtudduror Rutin Bergema di Desa Purworejo Kotagajah

Bilal Jum’at, Dasar Hukum dan Pelaksanaannya

Posted by Redaksi NU Lampung on 09/02/2015 in SYIAR | Leave a response

bilal jumat

Bilal Jum’at atau muroqqi atau seseorang yang meminta perhatian jama’ah jum’at agar menyimak khutbah sekaligus mengatur prosesi khotbah jum’at, tidaklah tergolong bid’ah. Mengapa? Karena hal itu pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw.

Syaikh Muhammad Amin al-Kurdi dalam kitab Tanwirul Qulub berkata, “Menjadikan seorang muraqqi atau bilal pada shalat Jum’at baru dilakukan pasca abad pertama hijriyah. Namun sesungguhnya Rasulullah Saw pernah menyuruh seseorang untuk meminta perhatian orang banyak agar menyimak khutbah beliau di Mina ketika haji Wada’. Inilah sebenarnya hakikat dari muraqqi itu. Sehingga pelaksanaannya sama sekali tidak dapat digolongkan sebagai bid’ah, karena dalam penyebutan ayat (yang artinya): “Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya membaca shalawat kepada Nabi”, terdapat peringatan dan motivasi untuk selalu membaca shalawat kepada Nabi Saw pada hari yang agung ini, yang memang sangat dianjurkan membaca shalawat. Dan dalam pembacaan hadits riwayat Imam Muslim dan lainnya setelah adzan: “Apabila kamu berkata-kata kepada temanmu, padahal imam sedang berkhutbah, maka sungguh sia-sia Jum’at-mu”. Hadits ini memberi peringatan kepada orang mukallaf untuk menjauhi perkataan yang haram ataupun perkataan yang makruh selama khutbah. Nabi Saw mengucapkan hadits ini ketika beliau menyampaikan khutbah di atas mimbar. Hadits tersebut adalah shahih. As-Syibramalisi mengatakan, boleh jadi Nabi SAW mengeluarakan hadits itu pada awal khutbah karena mengandung perintah untuk diam dan tenang menyimak khutbah.”.

Sesuai dengan perkataan Syaikh Muhammad Amin al-Kurdi ini, maka yang dianjurkan untuk dibaca bilal adalah hadits yang berkaitan dengan peringatan itu. Misalnya sabda Rasulullah Saw :

رُوِيَ عَنُ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله عَنْه أَنَّهُ قَال قَالَ رَسُولُ اللِه صَلّيَ اللهَ عَلَيهِ وَسَلَم إذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ يَوْمَ الُجمعَةِ أَنْصِتْ وَالإمَامُ يَخطُبُ فَقَدْ لَغَوت.

Artinya : “Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Apabila engkau katakan kepada temanmu pada hari Jum’at (kata) “diamlah” sewaktu imam menyampaikan khutbah, maka sesungguhnya hilanglah pahala jum’atmu.” (HR Bukhari).

Dengan demikian, tidak ada alasan untuk membid’ahkan perbuatan ini. Bilal Jum’at itu tidak dilarang dalam agama karena ada tujuan terpuji di balik pelaksanaannya. Dan Rasulullah Saw juga pernah melaksanakannya.

Sedangkan tatacara Bilal Jum’at, di setiap daerah atau desa biasanya mempunyai tatacara yang berbeda-beda. Di antaranya ada yang memakai cara sebagai berikut:

Pertama, acara di awali oleh bilal. Posisi bilal berada di dekat mimbar membawa tongkat menghadap ke jama’ah, seraya membaca bacaan seperti berikut ini :
مَعَاشِرَ الُمسْلِمِين وَزُمْرَةَ المُؤْمِنِينَ رَحِمَكُمُ الله, رُوِيَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله ُعَنْه, أَنَّهُ قَال: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّي اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلْ: إذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ يَوْمَ الُجمعَةِ أَنْصِتْ وَالإمَامُ يَخطُبُ فَقَدْ لَغَوت, (أَنْصِتُوْا وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا رَحِمَكُمُ الله. X۲) أَنْصِتُوا وَاسْمعُوا وَأطِيْعُوْا لَعَلَكُمْ تُرْحمَون.

Setelah bilal selesai membaca kalimat di atas, lalu bilal menghadap qiblat, sedangkan khotib berjalan menghampiri bilal meminta tongkat yang dibawah bilal, terus dibawah menuju mimbar dengan di iringi bacaan sholawat tiga kali oleh bilal, seperti di bawah ini :

اَللَهُمّ صَلِّ عَلَي سَيّدِنَا مُحمّدٍ, اَللَهُمّ صَلِّ عَلَي سَيّدِنَا مُحمّدٍ, اَللَهُمّ صَلِّ عَلَي سَيّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحمّدٍ وَعَلَي أَلِ سَيّدِنَا مُحمَدٍ.

Kedua, sampai di atas mimbar, khotib berdiri menghadap jama’ah, sementara bilal meneruskan membaca do’a berikut ini :

اللَّهُمَّ قَوِّ الْاِسْلامَ, مِنَ المُسْلِمِينَ وَالُمسْلِمَات, والمُؤْمِنِين وَالُمؤْمِنَات, وَانْصُرْهُمْ عَلَى مُعَانِدِ الِدّيْنِ وَاخْتِمْ لَنَا بِالخَيْر, ويَا خَيْرَ النَّاصِرِينَ برَحْمَتِكَ يااَرْحَمَ الرَاِحِمين.

Ketiga, setelah selesai do’a di atas, khotib langsung mengucapkan salam kepada jama’ah, lalu duduk. Kemudian bilal mengumandangkan Adzan. Selesai adzan, bilal terus duduk, sedangkan khatib terus berdiri dan memulai khutbah pertamanya.
Keempat, selesai khotbah pertama, bilal melantunkan sholawat yang biasa dibaca diantara dua khutbah, misalnya seperti berikut ini :

أَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ، وَزِدْ وَاَتِمْ وَتَفَضَّلْ وَبَارِكْ، بِجَلاَلِكَ وَكَمَالِكَ عَلَى زَيْنِ عِبَادِكْ، وَأَشْرَفِ عِبَادِكَ سَيِّدِ الْعَرَبِ وَالْعَجَمِ، وَإِمَامِ طَيْبَةَ وَالْحَرَامْ، وَمَنْبَعِ الْعِلْمِ وَالْحِلْمِ وَالْحِكْمَةِ وَالْحِكَمْ, أَبِي الْقَاسِمِ سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وأَلِهِ وَسَلَّمَ، وَرَضِيَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ.

Kelima, selesai bacaan sholawat tersebut, khotib berdiri dan memulai khotbahnya yang kedua.
Keenam, selesai khotbah yang kedua, bilal langsung Iqomah.
(Sunarto/Lembaga Da`wah NU)

Posted in SYIAR | Tagged bilal jum`at

About the Author

Redaksi NU Lampung

Related Posts

Waspadai Hoaks dan Politik Identitas dalam Pilkada 2020→

Khutbah Jum’at; Tahun Baru Islam→

Khutbah Jumat: Jangan Bersedih Meski Batal Berangkat Haji→

KURBAN→

Popular Posts

  • Ceramah Lucu dan Bermakna KH.Anwar Zahid di Waykanan

    34160 views / Posted 09/04/2015
  • Bilal Jum’at, Dasar Hukum dan Pelaksanaannya

    30862 views / Posted 09/02/2015
  • Hukum Sholat dengan Celana atau Sarung Melewati Mata Kaki

    28925 views / Posted 14/05/2016
  • Kenapa Imam Sholat Dzuhur dan Ashar Tidak Mengeraskan Suara

    16175 views / Posted 17/05/2017
  • Ngaji Tanqihul Qoul Hatsits Syarah Kitab Lubabul Hadits Bab II

    15009 views / Posted 18/03/2017
advertisement

©2015 PWNU LAMPUNG

Menu